Kembali
image
Keislaman

Keindahan Akhlak Nabi Muhammad SAW

3 tahun yang lalu ● Dibaca 2964x

Baginda Nabi Muhammad diurnal memiliki ahlak yang amat mulia. Karena itulah, kita sebagai umat Islam patut meneladaninya dalam perikehidupan sehari-hari

Seorang sahabat  pernah mengenang Nabi SAW dengan kalimat. “Bahwa Rasulullah Saw adalah manusia yang terbaik secara khalaq dan khuluq. Dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW adalah manusia sempurna dalam segala aspek, bank lahiriah maupun batiniahnya.”

Kesempurnaan lahiriah beliau sering kita dengar dari riwayat-riwayat para sahabat yang melaporkan tentang sifat-sifat beliau.

Hindun bin Abi Halah, misalnya, mendeskripsikan sifat-sifat lahiriah Nabi SAW seperti berikut: “Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang sangat anggun, yang wajahnya bercahaya bagaikan bulan purnama di saat sempurnanya. Badannya tinggi sedang. Postur tubuhnya tegap. Rambutnya ikal dan panjang yang tidak melebihi daun telinganya. Warna kulitnya terang. Dahinya luas. Alisnya memanjang halus, bersambung dan indah. Sepotong urat halus membelah kedua alisnya yang akan tampak timbul di saat marahnya. Hidungnya mancung sedikit membengkok, yang di bagian atasnya berkilau cahaya. Janggutnya lebat. Pipinya halus. Matanya hitam. Mulutnya sedang. Giginya putih tersusun rapi. Dadanya bidangdan berbulu ringan. Lehernya putih, bersih, dan kemerah-merahan. Perutnya rata dengan dadanya. Bila berjalan, jalannya cepat laksana orang yang turun dari atas. Bila menoleh, seluruh tubuhnya menoleh. Pandangannya lebih banyak ke arah bumi ketimbang langit dan banyak merenung. Beliau mengiringi sahabat-sahabatnya di saat berjalan, dan beliau jugalah yang memulai salam.”

Deskripsi para sahabat Nabi tentang sifat-sifat manusia yang agung seperti ini banyak kita temukan di dalam kitab-kitab Maulid yang lazim dibaca di tanah air kita seperti Barzanji, Diba’, Simthu ad-Durar, dan sebagainya. Kita dibawa hanyut oleh para perawi tentang bentuk lahiriyah Nabi SAW. Sesuatu yang meskipun indah dan sempurna, namun tidak menjadi fokus pandangan Alquran terhadapnya.

Lalu, apa yang menjadi fokus pandangan Alquran terhadap Nabi SAW?

Jawabnya adalah akhlaknya. Apa arti akhlak? Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah wajah batiniah manusia. la bisa indah dan bisa juga buruk. Akhlak yang baik adalah akhlak yang mampu meletakkan ‘aqliyyah (kejernihan pikir), ghadhabiyyah (emosi/kemarahan), syah- waniyyah (keinginan-keinginan syahwat), dan wahmiyyah (angan-angan) secara proporsional dalam jiwa manusia, serta mampu meletakkan dan menggunakan secara adil dalam dirinya.

Manusia yang berakhlak baik adalah orang yang tidak berlaku ifrath, yakni eksesif atau melampaui batas dalam menggunakan empat hal di atas. Juga tidak bersifat tafrith atau menyia-nyiakan atau mengabaikannya secara total. la akan sangat adil dan proporsional di dalam menggunakan keempat anugerah Ilahi itu.

Dengan kata lain, akhlak yang baik adalah suatu keseimbangan yang sangat adil yang dilakukan oleh seseorang ketika berhadapan dengan empat fakultasnya di atas. la tidak ifrath di dalam menggunakan rasionalitasnya sehingga mengabaikan wahyu dan tidak tafrith sehingga menjadi bodoh. la tidak ifrath di dalam menggunakan ghadhabatau emosinya sehingga menjadi agresor, namun tidak juga tafrith sehingga menjadi pengecut. la mampu meletakkannya secara seimbang sehingga ia membagi secara adil mana hak dunianya dan mana hak akhiratnya. Kemampuan itu disebut dengan al-khuluqul hasan.

Orang yang menyandang sifat ini di kedalaman jiwanya sudah pasti memantulkan suatu bentuk yang sangat indah secara lahiriah di dalam segala aspek kehidupannya sehari-hari. Sedangkan untaian kata-katanya akan menimbulkan aura menambahkan ilmu.

Pada setiap orang yang mendengarnya dari akhlak lahiriyahnya bisa menyadarkan orang dari kelalainnya. Akhlak seperti inilah yang diuswahkan Rasulullah SAW: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah

hasanah (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab: 21).

Itulah misi utama beliau SAW: “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.”

Keluhuran akhlak Nabi SAW ini adalah cermin yang bersih dan indah yang membawa kita untuk bisa berkaca dengannya di dalam kehidupan kita sesama manusia dalam segala lapisannya. Sebab, akhlak Nabi adalah cerminan Alquran yang sesungguhnya. Bahkan beliau sendiri adalah Alquran hidup yang hadir di tengah-tengah ummat manusia. Membaca dan menghayati akhlak beliau berarti membaca dan menghayati isi kandungan Alquran. Karena itu, ‘Aisyah sampai berkata: “Akhlak Nabi adalah Alquran.”

Akhlakul karimah menjadi kunci keberhasilan beliau membangun bangsa dari kenistaan ke arah keniscayaan. Beliau SAW menjanjikan bahwa akhlak yang luhurlah menjadi beratnya timbangan amal di akhirat:

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (kelak di akhirat) daripada akhlak yang mulia.”

Saatnya kita mengedepakan akhlak karimah di atas yang lain. Mendahulukan akhlak karimah di atas perbedaan. Mendahulukan akhlak alkarimah di atas kepentingan.

Mudah-mudahan kita semua berada dalam kehidupan yang akhlaqi, selalu memperoleh pancaran nur akhlak manusia mulia Baginda Rasulullah SAW.