Kembali
image
Keislaman

Keutamaan Dzikrul Maut

setahun yang lalu ● Dibaca 398x

Ada tiga kalimat yang berbunyi  كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ  (setiap yang bernyawa akan merasakan mati), disebut di da- lam Al-Qur’an. Di antaranya terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 185, surat Al-Anbiya ayat 35, dan surat Al-Ankabut ayat 57. 

Ayat-ayat tersebut memberitahu beberapa hal bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. Allah menguji kita dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Allah juga memberi tahu bahwa hanya kepada-Nya kita akan dikembalikan. 

Selain memastikan bahwa segala yang bernyawa pasti mati, Allah mengisyaratkan ada dua kemungkinan bahwa manusia akan masuk neraka atau masuk surga. Dengan pemberitahuan yang difirmankan Allah SWT tersebut, diharapkan insan sadar dan ingat bahwa kita semua akan mati. Kematian tersebut tidak akan bisa dikompromikan waktunya, bahkan tidak diketahui kapan bakal terjadi.

Terhadap pemberitahuan tentang adanya kematian tersebut, sikap insan tidak semuanya siap menghadapi, ada yang tidak siap, ada yang biasa-biasa saja, namun ada juga yang dengan kepercayaan diri menghadapinya dengan kepuh kepasrahan dan tawakkal. Ini terjadi pada kebanyakan orang-orang yang saleh, yaitu yang dekat dengan Allah. Oleh pihak yang demikian, karena mereka telah memiliki bekal (sangu yang cukup), ini dimiliki orah orang-orang yang memiliki tingkat taqarrub (kedekatan) kepada Allah sedemikian rupa. 

Mereka tidak berbuat kecuali terhadap apa yang diperintahkan Allah dan boleh dilakukan. Demikian pula sebaliknya, mereka meninggalkan sejauh-jauhnya terhadap apa saja yang dilarang oleh Allah SWT. Mereka tidak berbicara dan berbuat kecuali selalu memberikan manfaat kepada masyarakat secara umum. Mereka adalah pihak yang tidak akan pernah terlibat dalam barang dan rezeki yang syubhat, apalagi yang haram tidak dikenal dalam rumus kehidupan mereka, murni mereka mencari jalan hidup yang disenangi Allah. 

Dalam darah dan nafasnya, mereka selalu ingat kematian dan siksa Allah nantinya. Adalah panasnya siksa kubur yang tak kenal ampun, juga panasnya api neraka yang jika setetes air neraka diturunkan di dunia maka dunia terbakar hangus seketika dan seterusnya, bahwa semua ini menjadi sesuatu yang menghalangi dirinya berbuat dan berkata kecuali yang baik dan yang benar saja. 

Hiruk-pikuknya dunia berglamor dosa menjadi doa tangisannya. Hati dan bibirnya selalu basah dengan menyebut kalimat thayyibah mulai dari ungkapan syukur dengan nikmat yang diterima, termasuk dirinya menjadi orang muslim yang taat kepada-Nya. 

Asmaul husna terasa nikmat dan tentram hatinya sebab merasakan kebesaran dan kasih sayang Allah ditebar buat seluruh umat manusia dan dia ikut merasakannya. Istighfar yang selalu terlantun dalam lisan dan hatinya karena ia merasakan Allah Yang Maha Pemurah untuk mengampuni para hamba-Nya.

Subhanallah yang selalu mengurai air mata hatinya karena dia melihat dan merasakan betapa keagungan dan sifat Maha yang hanya Dia yang punya dan ternyata diperuntukkan bagi seluruh mahluk-Nya tanpa terkecuali sehingga hewan pun tidak boleh dizalimi. 

Masyaallah sejuta bisikan kebaikan yang selalu menyertai kehidupan para hamba Allah yang dekat dengan-Nya sepanjang masa. Ayat tentang kematian menjadi modal kuat seseorang untuk hidup yang benar dan dekat dengan Allah:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran ayat 185)

Pada ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa kematian dialami oleh setiap makhluk dan bisa terjadi kapan saja. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati tanpa terkecuali. Hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan dari amal perbuatan baik dan buruk yang dilakukan selama di dunia. 

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kebahagiaan hakiki bukanlah berupa kedudukan dan pangkat yang tinggi, harta yang melimpah, rumah dan istana yang mewah. Semua itu akan musnah. Karena itu, jangan jadikan seluruh perhatian kita pada kehidupan kini dan sekarang. Sebab, kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya setiap orang yang hanya mementingkan kebahagiaan sementara.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةًۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiya’ ayat 35)

اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, “Ini dari engkau (Nabi Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?” (QS. An Nisa’ ayat 78)

Nabi SAW bersabda, “Rasulullah SAW bersabda: Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR Tirmidzi). 

Ayat-ayat dan hadis tersebut menjadi tamparan bagi sikap orang-orang yang munafik. Mereka dengan penuh keyakinan menduga bahwa nantinya mereka dapat menghindar dari kematian. 

Alhasil ada hamba Allah yang merasa bahagia sepanjang masa karena dekat dan selalu dalam kasih sayang Allah SWT. Hal itu terjadi karena di ujungnya hamba ini selalu ingat bahwa ”setiap yang bernyawa termasuk dirinya bakal mati dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, mungkin akan masuk surga atau mungkin masuk neraka”. Allahummarzuqna al istiqamah wahusnal khatimah, aamiin.

Penulis : Drs. KH. Ali Muaffa, M.Ag (Pengasuh Pesantren Al-Quran Nurul Falah)

Keutamaan Dzikrul Maut