
Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim
Tak lama lagi kita kaum muslim akan merayakan Hari Raya Idul Adha. Perayaan ini tidak terlepas dari peristiwa bersejarah umat manusia yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
Mengingat pentingnya peristiwa ini, Allah mengabadikannya dalam Alquran yang artinya, ”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) bersama- sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ’Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu!’ Ia menjawab: ’Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat : 102).
Peristiwa sejarah yang besar ini menjadi bukti dua hamba Allah, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, yang sangat taat menjalankan perintah-Nya. Menurut riwayat, sebelum Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih putranya, beliau setiap datang bulan Idul Adha selalu menyembelih hewan kurban tidak kurang dari seribu kambing, 300 sapi, dan seratus unta.
Bahkan, karena saking taat dan cintanya kepada-Nya, ia pernah berujar, ”Sekiranya Allah menyuruhku untuk menyembelih seorang anakku, maka pasti aku akan melakukannya. Konon nazar inilah yang menjadi kenyataan.
Mengingat banyaknya peristiwa Nabi Ibrahim yang bisa dijadikan ibrah (pelajaran), Allah melalui ayat-ayat-Nya menganjurkan untuk meneladaninya., Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, setiap muslim dianjurkan meneladani kepribadian dan akhlak nabinya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al-Ahzab 21).
Meneladani kepribadian dan akhlaknya merupakan bukti bahwa ia mencintai dan ingin menjadi pengikutnya yang baik dan setia. Orang yang mengaku sebagai umatnya, tetapi tidak mau mengikuti jejak dan sunnahnya, hanyalah omong kosong.
Demikian juga dengan kita. Jika ingin menjadi umat yang baik, maka harus meneladani kepribadian dan akhlak Nabi. Selain itu, kita harus selalu mendoakan atau bershalawat kepadanya. Yang paling baik adalah melakukan keduanya, mendoakan dan mengikuti sunnahnya.
Karena itu, bagi setiap muslim, jika ingin menjadi pengikut dan umat Nabi Muhammad secara totalitas harus mengimplementasikan keduanya, yakni mendoakan dan meneladaninya secara total.
Umat Islam selain dianjurkan meneladani Nabi Muhammad juga dianjurkan meneladani Nabi lainnya seperti Nabi Ibrahim. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Alquran: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia...” (Al-Mumtahanah 4).
Di ayat lainnya, Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; yaitu bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Al-Mumtahanah: 6).
Berkaitan dengan keteladanan, Islam adalah agama yang sangat terbuka dan ajaran-ajarannya meliputi ajaran umat sebelumnuya. Maka, seorang muslim tidak dihalang-halangi untuk mengikuti keteladanan nabi siapa pun dan tidak dibatasi oleh apa pun. Sebab, bagaimanapun Alquran dan kitab- kitab sebelumnya bersumber dari firman Allah SWT.
Ada banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Alquran. Ia dikenal gigih dalam mencari kebenaran Tuhan Allah. Dalam Alquran, banyak ayat yang menceritakan kehidupan Nabi Ibrahim. Dari masalah-masalah yang dianggap kecil dan sepele sampai masalah- masalah yang besar dan menegangkan. Misalnya, bagaimana Nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya di tanah yang tandus, yang tidak berpohon sampai kepada kisah dibakarnya dengan apinya yang menyala-nyala. Akan tetapi, api baginya justru terasa dingin.
Allah SWT berfirman, ”Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada Bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata?” (QS Al-An’aam: 74).
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat di langit dan di bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim termasuk orang-orang yang yakin” (QS Al-An’aam: 75).
Nabi Ibrahim juga amat taat dan mencintai Allah SWT. Tempat tinggal Nabi Ibrahim dan keluarganya di dekat Baitullah, Makkah, tak terlepas dari perintah Allah SWT. Seandainya saja tanpa perintah dan wahyu-Nya, tentu Nabi Ibrahim akan memilih tinggal di sekitar tanah yang paling subur di atas bumi pada saat itu. Tetapi, karena ketaatan dan kecintaan kepada Allah, sehingga ia mau tinggal di mana saja, termasuk di tempat yang tandus yang tidak ada pohon-pohonnya.
Alquran menjelaskan, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau” (QS Ibrahim: 37).
Ia juga taat dalam menerima perintah untuk memotong hewan kurban setiap datangnya bulan Dzulhijjah. Menurut riwayat, Nabi Ibrahim memotong hewan qurban setiap tahun tidak kurang dari seribu kambing, 300 sapi, dan seratus unta. Bahkan sampai-sampai karena ketaatan dan kecintaannya kepada Allah sehingga ia berujar, “Demi Allah seandainya aku mempunyai seorang anak, dan Allah menyuruhku untuk mengorbankan, niscaya akan aku kurbankan.”
Benar saja, ketika Ibrahim dikaruniai seorang anak bernama Ismail hingga berumur tujuh tahun (ada yang mengatakan 13 tahun), Allah SWT menyuruhnya untuk mengorbankan anaknya.
Teladan lainnya, Nabi Ibrahim selalu mendoakan anak cucu dan orang tua. Hidup sebagai orang tua atau anak terkadang mengalami berbagai kesibukan. Di antara kesibukan yang sangat menyita perhatian adalah mengurus keperluan dan kebutuhan rumah tangga. Sebagai akibatnya, kita sering lupa atau menyepelekan hal-hal yang dianggap kecil seperti, mendoakan, baik mendoakan anak maupun orang tua. Padahal masalah tersebut sangat besar danberarti dalam sebuah rumah tangga.
Nabi Ibrahim telah memberikan contoh bagaimana beliau mendoakan anak keturuanan. Di antara jenis doa yang dipanjatkannya adalah mohon rasa aman, dijauhi dari kemusrikan, mohon diberi rezeki, dianugerahi anak saleh, mendirikan shalat dan permohonan ampunan.
Di dalam Alquran dijelaskan, ”Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: ’Ya, Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala” (QS Ibrahim: 35).
Di surat lainnya diuraikan, ”Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian” (QS Baqarah: 126).
126). Dalam doa lainnya yang dilukiskan di dalam Alquran, ”Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku” (QS Ibrahim: 40).
Karena itu, sudah semestinya umat Islam meneladani Nabi Ibrahim. Tentu hal ini dilakukan demi satu tujuan, yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT.